- Pihak berwenang Korea Selatan dapat menangguhkan Upbit hingga enam bulan atas dugaan pelanggaran KYC dan anti pencucian uang.
- Investigasi terhadap Upbit termasuk praktik monopoli dan pencurian 342.000 ETH pada tahun 2019 yang terkait dengan peretas Korea Utara.
Pihak berwenang Korea Selatan telah mengeluarkan pemberitahuan penangguhan terhadap Upbit, bursa kripto terbesar di negara itu, atas dugaan pelanggaran anti pencucian uang (AML) yang berkaitan dengan kepatuhan Know Your Customer (KYC), menurut Naver.
Meskipun pengguna saat ini masih dapat melakukan transaksi reguler, tindakan legislatif ini dapat menyebabkan pendaftaran klien baru Upbit ditangguhkan hingga enam bulan. Keputusan terakhir tentang penangguhan kemungkinan akan diberikan pada 21 Januari 2025.
Upbit Menghadapi Tekanan yang Meningkat dari Investigasi Regulator
Tuduhan terhadap Upbit merupakan hasil dari investigasi menyeluruh pada akhir Agustus 2024 yang dimulai oleh Unit Intelijen Keuangan (FIU) Korea Selatan. FIU menemukan selama audit antara 500.000 hingga 600.000 kemungkinan pelanggaran aturan KYC.
Hasil ini menarik perhatian pada kelemahan penting dalam sistem verifikasi pengguna bursa, yang menurut pihak berwenang akan mendukung aktivitas ilegal seperti pencucian uang.
Jika terbukti bersalah, Upbit juga dapat dikenakan denda uang mulai dari 100 juta won (sekitar US$75.000) untuk setiap pelanggaran, oleh karena itu menambah bobot pengawasan peraturan.
Terlepas dari klaim-klaim ini, Upbit telah berada di bawah pengawasan parlemen secara terus menerus di Korea Selatan, dengan penekanan pada pangsa pasarnya yang sangat besar.
Legislator telah menyatakan kekhawatiran tentang kemungkinan aktivitas monopoli dan dampak umum dari perdagangan di pasar kripto lokal. Perubahan ini bertepatan dengan meningkatnya pendekatan regulasi Korea Selatan untuk aset digital, yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keterbukaan pengguna.
Bersamaan dengan kerusuhan politik di Korea Selatan ini, industri bitcoin juga terkena dampaknya. Deklarasi darurat militer yang tak terduga dari Presiden Yoon Suk Yeol pada bulan Desember 2024 membuat para pedagang panik dan mengakibatkan penurunan nilai Bitcoin sebesar 30% dibandingkan dengan won Korea di Upbit.
Meskipun situasinya menjadi tenang beberapa jam setelah darurat militer dicabut, peristiwa tersebut mengekspos persimpangan eksplosif antara politik dan pasar kripto.
Di sisi lain, CNF sebelumnya melaporkan masalah keamanan yang signifikan terkait dengan Upbit di mana peretas Korea Utara mencuri 342.000 ETH pada tahun 2019 dan mencuci uang tersebut melalui pertukaran di lebih dari 51 negara.
Hanya 4,8 BTC yang berhasil dipulihkan dari kejahatan bernilai miliaran dolar ini meskipun ada investigasi kooperatif dari Korea Selatan dan FBI.