- Nilai stablecoin global tembus US$220 miliar pada kuartal pertama 2025, jadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.
- SEC beri kejelasan hukum baru, stablecoin tertentu tak lagi dikategorikan sebagai sekuritas di AS.
Berdasarkan data dari IntoTheBlock, total nilai stablecoin yang beredar tembus angka US$220 miliar di kuartal pertama 2025. Angka ini jadi rekor baru, dan bahkan membuat stablecoin jadi pusat perhatian, bukan cuma sebagai alat tukar digital, tapi juga sebagai indikator pergeseran besar dalam ekosistem keuangan digital global.
Masih ingat masa-masa awal stablecoin yang cuma jadi “penjembatan” antara uang tradisional dan kripto? Sekarang fungsinya jauh melebar. Tether (USDT), misalnya, saat ini mendominasi pasar dengan nilai kapitalisasi melebihi US$140 miliar.
Diikuti oleh USD Coin (USDC) yang diam-diam mulai memperluas cengkeramannya, naik ke pangsa sekitar 27%. Tidak sedikit yang bilang kalau lonjakan USDC ini punya kaitan erat dengan rencana IPO dari Circle, pihak di balik USDC, yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Regulasi AS Mulai Buka Jalan untuk Stablecoin
Lebih lanjut lagi, pergerakan ini bukan hanya soal angka besar. Pada 4 April 2025 lalu, Divisi Keuangan Korporasi SEC AS akhirnya membuat pernyataan yang cukup melegakan pelaku pasar. Stablecoin tertentu yang dikategorikan sebagai “covered stablecoins” resmi tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas. Artinya, transaksi dengan stablecoin jenis ini tidak perlu lagi didaftarkan ke SEC.
Bagi pelaku industri, ini semacam lampu hijau—bukan berarti bebas sebebas-bebasnya, tapi setidaknya arah regulasi mulai terlihat lebih jelas. Ini penting, terutama buat penerbit stablecoin yang selama ini hidup dalam kabut ketidakpastian hukum.
Di sisi lain, Paolo Ardoino selaku CEO Tether, belum lama ini mengungkap bahwa mereka tengah mempertimbangkan untuk membuat stablecoin baru khusus pasar Amerika Serikat. Tapi ya, tentu semuanya masih tergantung perkembangan regulasi di negeri Paman Sam tersebut. Harapannya, kalau aturannya nanti benar-benar mendukung, stablecoin bisa makin kompetitif.
Transaksi di Ethereum Makin Sibuk
Sementara itu, di jaringan Ethereum sendiri, stablecoin makin jadi bahan bakar utama. Selama kuartal pertama 2025, nilai transaksi stablecoin di Ethereum tembus lebih dari US$3 triliun. Gila, bukan?
Jumlah alamat unik yang menggunakan stablecoin di jaringan ini juga sudah lewat dari 200.000, dan itu tercapai hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini. Bayangkan kalau Ethereum itu kota, maka stablecoin ini kayak mobil-mobil listrik yang mendominasi jalanan. Tanpa itu, mungkin lalu lintas transaksi bakal seret.
Stablecoin baru pun mulai ikut unjuk gigi. PayPal dengan PYUSD-nya dan Ripple lewat RLUSD mulai menunjukkan taring. PYUSD sekarang sudah menyentuh US$250 juta dalam kapitalisasi pasar, sementara RLUSD menyusul di angka US$220 juta.
Meski belum bisa langsung saingan sama USDT dan USDC, kehadiran mereka makin memperkaya ekosistem stablecoin yang dulunya cuma diisi pemain lama.
Stablecoin Emas dan Masa Depan Uang Digital
Dari sisi lain yang cukup mengejutkan, CNF sebelumnya melaporkan bahwa Max Keiser, pendukung Bitcoin yang dikenal blak-blakan, justru menaruh harapan pada stablecoin berbasis emas. Menurutnya, stablecoin seperti itu bakal jauh lebih bisa diandalkan dan punya potensi menyalip dolar dalam perdagangan internasional.
Kalau dipikir-pikir, emas memang punya daya tarik abadi. Bahkan di tengah era digital seperti sekarang, orang-orang masih nyimpan cincin kawin atau kalung emas, bukan NFT cincin, kan?
Dengan tren stablecoin yang makin ngebut ini, dunia sedang bergerak ke arah di mana uang digital yang stabil dan mudah ditransfer bukan lagi mimpi masa depan, tapi kebutuhan yang nyata hari ini.