- Ripple melakukan pembelaan sengit terhadap tuduhan SEC, mempertanyakan ketidakberpihakan karyawan SEC dan mengangkat masalah etika seputar mantan direktur divisi Bill Hinman.
- Komunitas XRP dengan cemas menunggu putusan hakim atas putusan ringkasan, mengungkapkan rasa frustrasi dengan penundaan tersebut dan menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi sistem peradilan AS.
Gugatan Ripple-SEC telah menimbulkan kebingungan yang meluas dan narasi yang saling bertentangan di dalam komunitas mata uang kripto. Seiring dengan beredarnya spekulasi dan ekspektasi pesimis, hasil akhir dari sengketa hukum ini masih belum pasti. Khususnya, pernyataan dan tindakan kepemimpinan SEC semakin memicu kebingungan dan spekulasi seputar kasus ini.
Kritik Ripple terhadap Tindakan SEC dan Kekhawatiran Ketidakberpihakan
Menanggapi tindakan SEC, kepala petugas hukum Ripple, Stuart Alderoty, secara terbuka mengkritik lembaga tersebut. Dia mempertanyakan ketidakberpihakan karyawan SEC dengan merujuk pada bagian dari Kode Peraturan Federal Elektronik AS yang membahas standar etika untuk personel administratif. Pernyataan Alderoty secara khusus menargetkan mantan direktur divisi SEC Bill Hinman, yang telah menghadapi tuduhan perilaku bias yang mendukung Ethereum. Muncul spekulasi bahwa Hinman mungkin telah menerima pembayaran untuk melemahkan XRP.
Ekspansi Global Ripple dan Pertarungan Hukum XRP
Sementara proses hukum berlangsung, Ripple melanjutkan upaya ekspansi globalnya. Baru-baru ini, perusahaan memperoleh Persetujuan Prinsip untuk Lisensi Lembaga Pembayaran Utama dari Otoritas Moneter Singapura, yang memungkinkannya untuk menyediakan produk dan layanan mata uang kripto yang teregulasi. Namun, di tengah ekspansi ini, nilai XRP, yang merupakan inti dari gugatan tersebut, tetap tidak stabil.
Gugatan terhadap Ripple, CEO Brad Garlinghouse, dan salah satu pendiri Christian A. Larsen berkisar pada klasifikasi XRP sebagai sekuritas. SEC menuduh bahwa XRP adalah sekuritas yang tidak terdaftar, sementara Ripple dengan keras menyangkal klaim ini, menegaskan bahwa XRP adalah mata uang yang berada di luar yurisdiksi SEC. Meskipun ada pengunduran diri baru-baru ini dalam tim pembela Ripple, dampaknya terhadap hasil kasus ini diharapkan minimal.
Ketika pertarungan hukum terus berlanjut, rasa frustrasi tumbuh di antara para penggemar dan investor XRP karena penundaan putusan hakim atas putusan ringkasan. Kekhawatiran tentang efisiensi sistem peradilan AS dan potensi pengaruh komunitas XRP terhadap proses pengambilan keputusan hakim muncul. Dunia mata uang kripto dengan cemas menunggu penyelesaian pertikaian Ripple-SEC, menyadari implikasinya yang luas untuk regulasi aset digital dan masa depan Ripple sebagai perusahaan blockchain terkemuka.