- Ripple Labs mengambil langkah penting dengan melakukan pembelian kembali saham senilai US$285 juta, menyoroti fokus strategisnya pada tata kelola dan kontrol perusahaan.
- Strategi pembelian kembali ini menyoroti ketahanan Ripple, menawarkan alternatif bagi investor tahap awal dan menunjukkan fleksibilitas dalam solusi keuangan.
Ripple Labs Inc. telah mengambil langkah penting dalam strategi perusahaan dengan mengumumkan pembelian kembali saham senilai US$285 juta dari para investor dan karyawannya. Langkah ini, yang merupakan bagian dari strategi yang lebih luas senilai US$500 juta, termasuk konversi unit-unit saham terbatas menjadi saham biasa, demikian dilaporkan oleh Reuters.
Langkah Strategis Ripple
Pilihan Ripple untuk membeli kembali sahamnya merupakan tonggak penting dalam strategi bisnisnya, dengan fokus khusus pada manajemen hubungan investor dan dominasi perusahaan.
Dibawah ketentuan pembelian kembali ini, investor hanya akan dapat melepas 6% saham mereka, sehingga valuasi Ripple menjadi sekitar US$11,3 milyar. Langkah ini menambah rekam jejak pendanaan perusahaan yang berkembang pesat, yang telah mengumpulkan US$293,8 juta dalam 14 putaran sejak didirikan pada tahun 2015.
Strategi Ripple untuk Restrukturisasi Keuangan
Ripple menunjukkan preferensinya untuk melakukan reorganisasi keuangan internal daripada mengikuti jalur konvensional Initial Public Offering (IPO). Dengan memilih untuk membeli kembali, perusahaan mendapatkan kontrol yang lebih besar atas operasi bisnisnya, menghindari kerumitan dan tuntutan peraturan yang terkait dengan menjadi perusahaan publik.
Keputusan ini menjadi sangat penting karena lingkungan peraturan yang tidak menentu di Amerika Serikat, tempat Ripple berkantor pusat. Brad Garlinghouse, CEO perusahaan, telah mengkonfirmasi bahwa, meskipun memiliki lebih dari US$25 milyar aset kripto dan lebih dari US$1 milyar uang tunai, perusahaan tidak berencana untuk go public dalam waktu dekat.
Ketahanan Ripple dalam Menghadapi Tantangan Regulasi
Perjalanan Ripple telah diwarnai dengan berbagai rintangan, terutama di tengah sengketa hukum yang berlarut-larut dengan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC). Sejak Desember 2020, Ripple telah terlibat dalam pertarungan hukum dengan SEC, yang menuduh bahwa perusahaan tersebut melakukan penawaran sekuritas yang tidak terdaftar saat memperdagangkan token XRP.
Peristiwa yang relevan dalam kasus ini terjadi pada Juli 2023, ketika Hakim Analisa Torres memutuskan bahwa XRP tidak diklasifikasikan sebagai sekuritas dalam penjualan terprogram di bursa. Namun, itu dianggap sebagai sekuritas ketika dijual kepada investor institusional dalam putaran pembiayaan.
Terlepas dari tantangan yang ada, Ripple telah membuktikan ketahanan dan ekspansi, seperti yang ditekankan oleh Garlinghouse dengan mencatat bahwa 95% pelanggan perusahaan adalah lembaga keuangan non-AS.
Strategi pembelian kembali saham menyajikan rute alternatif bagi investor awal, menjauh dari rute yang lebih konvensional seperti Initial Public Offering (IPO). Langkah ini menggarisbawahi komitmen Ripple untuk menyediakan solusi yang fleksibel dan praktis bagi para pemangku kepentingannya sambil menavigasi kompleksitas lingkungan keuangan global.