- Google mewajibkan lisensi MiCA bagi pengiklan kripto di seluruh Uni Eropa mulai 23 April 2025.
- Verifikasi Google dan izin CASP jadi syarat wajib untuk tampilkan iklan dompet dan bursa kripto.
Mulai 23 April mendatang, Google akan menerapkan kebijakan baru soal iklan kripto di seluruh Uni Eropa. Bukan sekadar pembaruan kecil, aturan ini mengikuti regulasi Markets in Crypto-Assets (MiCA) dan mewajibkan semua pengiklan aset kripto untuk mengantongi izin sebagai penyedia layanan kripto atau Crypto Asset Service Provider (CASP).
Selain itu, mereka juga harus lolos verifikasi khusus dari Google agar bisa memasarkan produk seperti dompet digital atau platform bursa kripto di 27 negara anggota.
Verifikasi ini bukan sekadar formalitas. Kalau ada pelanggaran, Google akan memberikan peringatan minimal tujuh hari sebelum melanjutkan ke penangguhan akun. Artinya, iklan kripto sembarangan yang biasanya muncul di hasil pencarian atau situs partner bisa berkurang drastis.
Bahkan, di negara-negara seperti Prancis dan Jerman, masih ada masa transisi untuk menerima lisensi lokal hingga 2026, namun ujungnya tetap harus tunduk ke standar MiCA.
Google will implement a new crypto advertising policy across the European Union starting April 23. Under the EU's MiCA regulation, advertisers must obtain authorization as a Crypto Asset Service Provider (CASP) and complete Google's verification process to promote crypto…
— Wu Blockchain (@WuBlockchain) April 15, 2025
Bukan Cuma Eropa yang Diperketat
Di sisi lain, Google ternyata juga makin aktif memantau iklan kripto secara global. Sebelumnya, CNF melaporkan bahwa Google Play telah memblokir 17 bursa kripto yang tidak punya lisensi resmi di Korea Selatan.
Langkah itu muncul setelah regulator setempat mendesak Google untuk menekan praktik pencucian uang dan mencegah kerugian pengguna. Jadi, kalau kamu berpikir iklan bursa abal-abal cuma dibasmi di Eropa, ternyata di Asia pun mulai dibersihkan.
Lebih lanjut lagi, Google sempat menggugat dua warga China, Yunfeng Sun dan Hongnam Cheung, karena diduga membuat lebih dari 80 aplikasi palsu yang menyamar sebagai platform investasi kripto. Modusnya cukup manipulatif—mengirim pesan teks untuk menjalin hubungan dengan korban sebelum mengarahkan mereka ke aplikasi tipu-tipu. Bayangkan, hampir 100.000 orang jadi korban sejak 2019.
Seluruh aplikasi tersebut sekarang sudah dihapus dari Google Play, dan Google menyatakan gugatan ini sebagai langkah serius untuk melindungi pengguna.
Namun demikian, di tengah upaya memberantas penipuan, Google juga menunjukkan sisi lain lewat kolaborasi strategis. Pada 25 Maret 2025, perusahaan ini bekerja sama dengan CME Group untuk menguji program tokenisasi aset menggunakan infrastruktur Google Cloud.
Tujuannya adalah untuk menjembatani aset keuangan tradisional ke bentuk digital yang lebih transparan dan efisien. Kalau berhasil, ini bisa jadi pintu masuk serius Google ke industri blockchain arus utama.
Kemajuan Teknologi Google Picu Pertanyaan Baru
Tapi tunggu dulu—Google bukan cuma sibuk mengatur iklan dan kerja sama, mereka juga sedang memacu teknologi yang bisa mengubah peta kripto secara keseluruhan.
Pada akhir 2024, mereka mengumumkan pencapaian besar lewat chip komputasi kuantum “Willow” yang konon jauh lebih cepat dari superkomputer tradisional. Masalahnya, ini justru menimbulkan kekhawatiran: apakah teknologi ini bisa memecahkan sistem kriptografi yang dipakai oleh Bitcoin dan Ethereum?
Analisis dari Deloitte menyebutkan bahwa sekitar 25% Bitcoin yang beredar saat ini berisiko jika teknologi kuantum berkembang tanpa kontrol. Jadi, di satu sisi Google melindungi pengguna dari scam, tapi di sisi lain, mereka juga sedang memegang potensi ancaman terhadap keamanan aset digital itu sendiri. Ironis, bukan?