- Energi berkelanjutan kini menyumbang 52,4% dari total penambangan Bitcoin pada kuartal pertama 2025.
- Amerika Serikat mendominasi penambangan Bitcoin global, memicu kekhawatiran soal sentralisasi jaringan.
Laporan terbaru dari Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF) bikin banyak orang mengangkat alis: pada kuartal pertama 2025, lebih dari separuh—tepatnya 52,4%—energi yang digunakan untuk menambang Bitcoin berasal dari sumber berkelanjutan. Padahal, tiga tahun lalu angkanya masih mentok di 37,6%.
Ini jelas bukan perubahan kecil. Dari tenaga air sampai nuklir, semuanya mulai mengambil alih peran bahan bakar fosil dalam menopang jaringan Bitcoin.
Menariknya, gas alam sekarang jadi sumber energi utama dalam penambangan, menggusur batu bara yang dulu mendominasi. Kalau kita bandingkan, kini gas menyumbang 38,2% dari total konsumsi energi, sementara batu bara merosot ke bawah 9%.
Perubahan besar ini tak terjadi begitu saja. Dorongan global untuk mengurangi emisi karbon, ditambah tekanan dari publik dan regulator, memaksa pelaku industri berpikir ulang soal cara mereka beroperasi. Dan di tengah semua itu, Amerika Serikat makin memperkuat cengkeramannya sebagai pusat tambang Bitcoin global, menyumbang 75,4% dari aktivitas yang terlacak.
Alexander Neumueller, Kepala Riset, Aset Digital, Energi, dan Dampak Iklim di CCAF, mengatakan:
“Laporan ini secara langsung membahas kesenjangan data yang terus-menerus dengan mengandalkan wawasan praktisi langsung daripada abstraksi. Dengan menawarkan perspektif terperinci berdasarkan data yang mencakup hampir setengah dari aktivitas pertambangan global, kami bertujuan untuk menopang perdebatan pada bukti yang kuat dan transparan serta menginformasikan diskusi kebijakan yang mendasar tentang industri yang berkembang pesat ini.”
Bukan Sekadar Hemat Energi, Tapi Juga Merambah Dunia
Cerita soal transisi energi ini tidak berhenti di angka. Phoenix Group, perusahaan asal Abu Dhabi, baru saja memperluas operasinya di Ethiopia. Mereka menambah kapasitas 52 megawatt dari pembangkit listrik tenaga air di Bendungan Renaissance, menjadikan total kapasitas di sana tembus 132 MW. Hampir seluruh pasokan energi di fasilitas itu—sekitar 90%—bersumber dari tenaga air.
Bayangkan, di tengah Afrika Timur yang sering kali dilihat sebelah mata, justru ada operasi tambang kripto yang jauh lebih bersih dibanding banyak fasilitas di negara-negara maju.
Di sisi lain, CNF sebelumnya melaporkan bahwa sebuah perusahaan tambang memanfaatkan surplus listrik di Zambia, bekerja sama langsung dengan pembangkit tenaga air yang awalnya dirancang untuk melistriki 15.000 warga. Ini menarik, karena alih-alih membebani sistem, penambangan justru membantu menjaga agar pembangkit tetap beroperasi secara efisien.
Lebih lanjut lagi, Winner Mining—perusahaan penyedia layanan cloud mining yang telah dipercaya lebih dari 13 juta pengguna di 180 negara—pada 28 April kemarin menyatakan komitmennya untuk beralih sepenuhnya ke energi terbarukan.
Mereka mengandalkan angin dan matahari sebagai sumber utama untuk menghidupkan mesin-mesin penambangnya. Mungkin terdengar utopis, tapi langkah seperti ini perlahan mulai jadi kenyataan di berbagai penjuru dunia.
Penambangan Bitcoin Bisa Jadi Kunci Inovasi Energi Global
Laporan lain pada 27 April 2025 menyebut bahwa penambangan Bitcoin, meskipun dikenal rakus listrik, sebenarnya bisa membuka peluang baru dalam pengelolaan energi global.
Para peneliti menyebut bahwa aktivitas ini bisa jadi pemicu investasi baru dalam infrastruktur energi dan teknologi pendukungnya. Kalau dipikir-pikir, ini seperti menambang dua hal sekaligus: satu sisi Bitcoin, sisi lain solusi energi masa depan.
Namun demikian, kekhawatiran soal sentralisasi tetap mengemuka. Dominasi Amerika Serikat, walaupun menunjukkan kapabilitas teknologinya, berpotensi menghadirkan risiko sistemik jika terjadi perubahan kebijakan nasional.
Seolah-olah satu negara memegang terlalu banyak kendali atas sesuatu yang awalnya dirancang agar tidak dikuasai siapa-siapa. Meski begitu, arah pergerakan industri ini sudah jelas. Energi bersih kini bukan sekadar opsi, tapi kebutuhan.