- Co-CEO Kraken menyebut ekuitas yang ditokenisasi bisa melampaui stablecoin dalam hal skala secara global.
- Tokenisasi mulai didukung regulator dan pelaku industri untuk sederhanakan proses di sektor keuangan tradisional.
Di tengah gencarnya adopsi aset digital, pernyataan terbaru dari Co-CEO Kraken, Arjun Sethi, langsung mencuri perhatian. Ia menyebut bahwa ekuitas yang ditokenisasi bakal melampaui stablecoin dalam hal skala. Sethi mengungkapkannya sambil menekankan arah baru Kraken yang makin serius merambah ke dunia keuangan tradisional, sambil tetap mempertahankan akarnya di dunia kripto.
JUST IN: KRAKEN CO-CEO ARJUN SETHI SAYS TOKENIZED EQUITIES WILL SURPASS STABLECOINS IN SCALE AS THE EXCHANGE EXPANDS DEEPER INTO TRADITIONAL FINANCE AND CRYPTO INTEGRATION.
Source: @Cointelegraph https://t.co/1lf8OQ64tr pic.twitter.com/eWvuRgEIkF
— Mario Nawfal’s Roundtable (@RoundtableSpace) April 2, 2025
Lebih lanjut lagi, Sethi menyoroti bahwa stablecoin memang sudah menemukan kecocokan yang pas di pasar. Tapi menurutnya, potensi ekuitas yang ditokenisasi justru jauh lebih besar.
Ia bahkan membayangkan, satu produk ekuitas yang ditokenisasi bisa menyamai, bahkan melampaui, skala stablecoin USDT besutan Tether, dan itu baru satu produk. Belum lagi kalau ditambahkan lapisan seperti perdagangan derivatif di atasnya.
Google dan CME Uji Coba Tokenisasi untuk Pecahkan Masalah Lama
Pernyataan Sethi ini datang di saat konsep tokenisasi makin menunjukkan taringnya, bukan hanya di dunia kripto, tapi juga di ranah institusi besar. CNF sebelumnya melaporkan bahwa CME Group telah menjalin kerja sama dengan Google Cloud untuk menguji teknologi tokenisasi berbasis Universal Ledger.
Kolaborasi ini berfokus untuk menyederhanakan proses kliring dan penyelesaian, dua hal yang selama ini cenderung ribet di dunia keuangan.
Universal Ledger dari Google Cloud digadang-gadang mampu menghadirkan efisiensi dalam urusan jaminan, margin, dan penyelesaian. Di era yang makin mengarah ke perdagangan 24/7, kemampuan semacam itu bisa jadi pengubah permainan. Bayangkan saja, proses yang dulunya bisa memakan waktu berhari-hari kini bisa disederhanakan jadi hitungan menit, atau bahkan detik.
Otoritas Finansial Mulai Melirik Tokenisasi
Menariknya, ketertarikan pada tokenisasi nggak hanya datang dari pelaku industri. Otoritas finansial pun mulai memberi lampu hijau. Pada 25 Maret 2025, Otoritas Perilaku Keuangan Inggris (FCA) resmi merilis strategi lima tahun mereka, dengan salah satu fokus utamanya adalah mendukung tokenisasi dalam manajemen aset. Mereka ingin membantu manajer aset agar lebih siap dalam mengadopsi model berbasis blockchain ini.
Langkah dari FCA ini jadi angin segar. Sebab selama ini, salah satu kendala utama tokenisasi bukan pada teknologinya, melainkan pada regulasi dan penerimaan lembaga. Ketika otoritas sekelas FCA mulai menunjukkan dukungan, maka adopsi secara luas bisa terjadi lebih cepat dari yang dibayangkan.
Emas Pun Ikut Dimasukkan ke Blockchain
Sementara itu, data terbaru pada 2 April 2025 menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar untuk emas yang ditokenisasi telah menembus US$1,2 milyar. Kenaikan harga emas yang mencapai rekor baru, dikombinasikan dengan adopsi blockchain di sektor komoditas, jadi pendorong utamanya.
Pasar emas dunia bernilai sekitar US$13 triliun, dan selama ini sistemnya sangat tertutup, lambat, dan minim transparansi. Dengan tokenisasi, semua itu bisa dibuka. Transaksi jadi lebih likuid, audit lebih mudah, dan pembeli dari berbagai belahan dunia bisa ikut serta tanpa perlu logistik rumit. Mau beli “sepotong” emas dari ponsel di Jakarta atau London? Bisa saja.
Pertanyaannya sekarang, apakah tokenisasi benar-benar bisa mengguncang dunia keuangan yang sudah sangat mapan? Kalau melihat pergerakan institusi besar, regulator, dan perusahaan seperti Kraken, jawabannya mungkin bukan lagi “kalau,” tetapi “kapan.”