- Google Cloud dan CME bekerja sama untuk mengeksplorasi tokenisasi dengan Universal Ledger.
- Kemitraan ini bertujuan untuk merampingkan penyelesaian aset digital di seluruh sistem keuangan.
CME Group telah bermitra dengan Google Cloud dalam langkah terbaru mereka untuk menguji teknologi tokenisasi berbasis Universal Ledger. Melalui kolaborasi ini, kedua belah pihak ingin menguji bagaimana infrastruktur aset digital dapat digunakan untuk menyederhanakan proses kliring dan penyelesaian yang selama ini cukup kompleks di dunia keuangan.
CME Group Incar Perdagangan 24/7 Dengan Teknologi Ledger Google Cloud
Terry Duffy, Chairman dan CEO CME Group, mengatakan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan dorongan pemerintahan baru AS kepada Kongres untuk menciptakan regulasi pasar yang lebih masuk akal. “Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Google Cloud untuk menciptakan solusi transfer nilai digital yang inovatif dan berbiaya rendah,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa Universal Ledger Google Cloud memiliki potensi untuk memberikan efisiensi yang signifikan dalam hal jaminan, margin, penyelesaian, dan pembayaran biaya – terutama di tengah pergeseran ke perdagangan 24/7 yang semakin nyata.
Bagi yang belum tahu, Universal Ledger adalah teknologi buku besar terdistribusi dari Google Cloud yang memungkinkan transfer nilai digital di seluruh entitas dan sistem.
Meskipun istilah ini terdengar teknis, bayangkan saja sebuah sistem pencatatan keuangan online yang selalu sinkron, dapat diakses oleh siapa pun yang memiliki otoritas, dan bekerja tanpa jeda waktu. Dalam praktiknya, hal ini dapat mengurangi gesekan yang sering terjadi dalam penyelesaian transaksi.
Di sisi lain, Rohit Bhat dari Google Cloud menjelaskan bahwa misi utama mereka adalah menyediakan infrastruktur tercanggih untuk membantu para mitra mengatasi kompleksitas yang ada di sistem keuangan saat ini. Ia menyebut kolaborasi ini sebagai contoh nyata bagaimana Google Cloud mendorong transformasi melalui kolaborasi strategis. Ia mengatakan:
“Bermitra dengan CME Group untuk berinovasi dengan GCUL merupakan contoh komitmen ini, yang menunjukkan bagaimana Google Cloud membantu mitra mengubah bisnis mereka melalui kolaborasi strategis dan infrastruktur modern, sehingga membuka peluang signifikan bagi pasar keuangan global.”
Proyek ini sendiri masih dalam tahap awal pengujian, dan ditargetkan untuk diuji coba secara lebih luas dengan para pelaku pasar di akhir tahun ini. Jika semua berjalan sesuai rencana, layanan berbasis tokenisasi ini akan diluncurkan pada tahun 2026.
Solana Futures dan Treasury CLOB Siap Membentuk Kembali Perdagangan
Namun, kisah CME Group tidak berhenti sampai di situ. Beberapa hari sebelum pengumuman kolaborasi dengan Google Cloud, tepatnya pada 18 Maret 2025, mereka telah meluncurkan kontrak berjangka Solana (SOL).
Ini merupakan bagian dari perluasan produk kripto yang ditawarkan CME kepada para investor. Produk tambahan ini memberikan fleksibilitas lebih bagi para pelaku pasar dalam mengelola eksposur mereka terhadap aset digital yang mudah berubah.
Tidak butuh waktu lama, dua hari kemudian, pada 20 Maret 2025, CME juga mengumumkan rencana peluncuran Central Limit Order Book (CLOB) untuk sekuritas US Treasury di bawah platform BrokerTec di Chicago. Tujuannya cukup jelas: untuk menyederhanakan hubungan antara pasar tunai dan pasar berjangka sehingga para pelaku pasar dapat lebih efisien dalam mengelola risiko dan likuiditas mereka.
Bitcoin Menghadapi Potensi Guncangan Pasokan
Sementara itu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam laporan kami, data CME sebenarnya memberikan sinyal yang menarik tentang Bitcoin. Disebutkan bahwa kemungkinan terjadinya guncangan suplai dapat menyebabkan harga Bitcoin naik, terutama ketika investor institusional mulai melikuidasi posisi jual mereka.
Para analis telah menetapkan kisaran target jangka panjang sebesar US$225.000 hingga US$444.000. Meskipun proyeksi selalu membutuhkan penafian, hal ini menunjukkan sentimen pasar yang cukup kuat.