AD
AD
  • Negara-negara BRICS kini menyumbang hampir sepertiga dari PDB global, melampaui pengaruh ekonomi G7.
  • Lebih dari 40 negara, termasuk anggota utama G20, telah menyatakan minat mereka untuk bergabung dengan BRICS, menyoroti bobot geopolitiknya yang semakin besar.

Kebangkitan BRICS: Lebih dari Sekedar Akronim

Pada tahun 2001, Jim O’Neill, seorang ekonom Goldman Sachs, memperkenalkan ‘BRIC’ kepada dunia, dengan menunjuk Brasil, Rusia, India, dan Cina sebagai raksasa ekonomi baru. Pada akhir tahun 2010, Afrika Selatan bergabung dengan menambahkan huruf ‘S’, sehingga menjadi singkatan BRICS. Hari ini, saat blok ini mengadakan KTT ke-15 di Johannesburg, pengaruhnya terlihat jelas – BRICS bukan hanya sebuah istilah yang menarik, tetapi juga kekuatan ekonomi dan geopolitik yang tangguh.

Melengserkan Supremasi Ekonomi G7

Secara historis, G7 dipandang sebagai pusat kekuatan ekonomi. Namun, maju ke tahun 2023, negara-negara BRICS secara kolektif menyumbang hampir sepertiga dari PDB global, dengan proyeksi yang mengindikasikan bahwa Cina dan India sendiri dapat menghasilkan setengah dari pertumbuhan global tahun ini. Bukti tidak berhenti sampai di situ; pengaruh perdagangan Tiongkok telah berkembang secara eksponensial, dan kini menjadi mitra dagang utama bagi delapan dari 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Kemajuan tersebut telah mengubah lanskap ekonomi global. G7, yang pernah menguasai lebih dari 45% perdagangan global pada tahun 1992, mengalami penurunan pangsa pasar menjadi sekitar 30% pada tahun 2022. Sebaliknya, BRICS melonjak dari hanya 16% menjadi hampir 32% dalam jangka waktu yang sama.

Kekuatan Ekonomi Berimbas pada Pengaruh Geopolitik

Evolusi BRICS tidak terbatas pada perdagangan dan kekuatan ekonomi. Ini adalah alat yang membentuk kembali geopolitik. Sebagai contoh, bahkan di bawah beban berat sanksi ekonomi Barat, perdagangan Rusia dengan rekan-rekan BRICS-nya telah meroket. Para pemain utama BRICS seperti Cina dan India telah muncul sebagai importir utama minyak Rusia. Meskipun ada kendala ekonomi, proyeksi pertumbuhan ekonomi Rusia tetap positif sebesar 1,5% pada tahun 2023, sebuah bukti kekuatan aliansi BRICS.

Selain itu, ketahanan BRICS terhadap sanksi-sanksi Barat telah meningkatkan posisinya di antara negara-negara berkembang. Banyak orang kini memandang BRICS sebagai mercusuar multilateralisme, menggantikan Gerakan Non-Blok yang dulu menonjol.

Evolusi Mata Uang: Melampaui Dolar

Di tengah meningkatnya ketegangan dan sanksi, topik dedolarisasi semakin menarik. Meskipun dolar AS telah lama berkuasa dalam perdagangan global, penggunaan mata uang ini yang tidak terkendali dapat menjadi kehancurannya. Bahkan para pejabat AS, seperti Menteri Keuangan Janet Yellen, mengakui potensi risiko terhadap hegemoni dolar.

Di dalam BRICS, ada momentum yang berkembang untuk meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral. Cina dan India, meskipun memiliki kepentingan keamanan yang berbeda, menemukan kesamaan dalam bidang ini. India, khususnya, membuat langkah bersejarah dengan menyelesaikan pembayaran minyak pertamanya ke UEA dalam rupee.

Meletakkan Fondasi untuk Ekosistem Keuangan BRICS

BRICS telah memiliki infrastruktur untuk sistem pembayaran yang terintegrasi. Instrumen seperti BRICS Interbank Co-operation Mechanism dan BRICS Pay telah menyederhanakan transaksi lintas batas. Dan Bank Pembangunan Baru, yang berada di garis depan dalam mengembangkan mata uang BRICS, telah membuat langkah dalam meningkatkan pembiayaan mata uang lokal.

Akan tetapi, tantangan tetap ada. Perluasan keanggotaan BRICS dapat menimbulkan lebih banyak rintangan koordinasi. Namun, hal ini juga dapat melemahkan efektivitas sanksi ekonomi dan mempercepat multipolarisasi sistem moneter global.

Saat ini, BRICS berdiri di ambang pembentukan kembali tatanan ekonomi dan geopolitik dunia. Apa yang dimulai sebagai prediksi keuangan belaka kini menjadi koalisi yang kuat, yang siap untuk mendefinisikan kembali kontur kekuatan global. KTT ke-15 ini bukan sekadar pertemuan biasa; ini adalah momen penting dalam sejarah ekonomi dunia.

Exit mobile version