AD
AD
  • KTT BRICS yang akan datang, dengan 69 pemimpin yang diundang, bertujuan untuk mendiskusikan de-dolarisasi dan promosi mata uang nasional dalam perdagangan internasional.
  • Meskipun mata uang bersama BRICS tidak ada dalam agenda, blok ini dapat mengeksplorasi alternatif, dengan rumor yang menyatakan bahwa kemandirian finansial Bitcoin sebagai opsi potensial.

Sejalan dengan buku “Pathways to De-dollarization,”  yang mengeksplorasi BRICS (Brasil-Rusia-India-China-Afrika Selatan) sebagai koalisi de-dollarization yang sedang naik daun, KTT yang akan datang akan menjadi pertemuan terbesar, dengan 69 pemimpin diundang.

KTT BRICS Terbesar yang Pernah Ada

Blok ekonomi BRICS telah mengambil langkah signifikan menuju de-dollarisasi dengan mengundang 69 pemimpin ke pertemuan puncak yang sangat dinanti-nantikan. Dijadwalkan akan diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan, dari tanggal 22 hingga 24 Agustus, KTT ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah mendesak seputar sistem keuangan global. Di antara para undangan terdapat 54 kepala negara Afrika dan para pemimpin badan-badan besar di negara-negara Selatan, yang menjadikannya sebagai penjangkauan terbesar dalam sejarah kelompok BRICS.

Fokus pada De-Dolarisasi dan Mata Uang Nasional

Fokus utama dari KTT ini adalah untuk membahas inisiatif de-dollarisasi, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mempromosikan penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan internasional. Meskipun mata uang bersama BRICS tidak termasuk dalam agenda, blok ini akan mengeksplorasi alternatif-alternatif untuk memperkuat posisi keuangannya. Berbagai laporan telah muncul mengenai kemungkinan mata uang bersama yang didukung oleh emas di antara negara-negara BRICS, yang menandakan tekad mereka untuk menantang hegemoni dolar AS dalam keuangan global.

Bitcoin sebagai Alternatif

Di tengah-tengah diskusi mengenai de-dolarisasi, muncul spekulasi mengenai peran potensial Bitcoin sebagai instrumen keuangan alternatif. Bitcoin, mata uang digital terdesentralisasi pertama di dunia, menawarkan kemandirian finansial dan otonomi dari sistem keuangan tradisional. Adopsi Bitcoin oleh negara-negara BRICS berpotensi menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar AS dan menegaskan kontrol yang lebih besar atas kebijakan ekonomi mereka.

Menantang Dunia yang Berpusat pada Dolar

Panggilan untuk mata uang alternatif mendapatkan momentum setelah pengenaan sanksi keuangan terhadap Rusia oleh AS dan sekutunya sebagai tanggapan atas konflik Ukraina. Tindakan-tindakan tersebut telah mendorong negara-negara BRICS untuk mempercepat upaya de-dolarisasi mereka, menyadari perlunya beralih dari sistem perdagangan global yang berpusat pada dolar. Mata uang bersama di antara negara-negara BRICS dapat mengarah pada pembentukan hubungan ekonomi yang lebih kuat dan aliansi geopolitik baru, yang semakin memperkuat posisi mereka sebagai koalisi de-dollarisasi yang sedang naik daun.

Sebuah Koalisi yang Berkembang

Minat untuk bergabung dengan kelompok BRICS sangat besar, dengan lebih dari 40 negara menyatakan keinginannya untuk menjadi anggota. Dari jumlah tersebut, 22 negara telah mengajukan aplikasi formal. Koalisi yang terus berkembang ini merupakan bukti meningkatnya pengaruh BRICS di arena internasional dan potensinya untuk membentuk masa depan keuangan global.

Antisipasi terhadap Hasil-hasil KTT

Dengan semakin dekatnya KTT ini, antisipasi terhadap hasil-hasil diskusi semakin tinggi. Meskipun rencana konkret untuk mata uang bersama BRICS belum ada di atas meja, KTT ini memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapai otonomi keuangan dan mengurangi ketergantungan mereka pada sistem keuangan tradisional yang dikendalikan oleh negara-negara Barat. Potensi adopsi Bitcoin oleh negara-negara BRICS dapat memiliki implikasi yang luas untuk seluruh ekosistem mata uang kripto dan dapat berfungsi sebagai batu loncatan menuju lanskap keuangan global yang lebih terdesentralisasi dan multipolar.

Jeff Taylor adalah seorang jurnalis kripto berpengalaman dengan gelar Ph.D. di bidang Biokimia, yang misi utamanya adalah mengedukasi semua orang tentang potensi Bitcoin dan teknologi blockchain. Ketertarikannya pada mata uang kripto dimulai saat ia masih menjadi seorang trader, ketika ia melihat keuntungan yang berbeda dari uang terdesentralisasi dibandingkan dengan sistem pembayaran tradisional dan CBDC.

Exit mobile version