- Binance mewajibkan seluruh pengguna di India untuk melakukan verifikasi ulang identitas demi patuhi regulasi AML.
- Pengguna yang tak selesaikan KYC ulang akan dibatasi aksesnya ke platform secara bertahap.
Binance kembali jadi sorotan di India. Kali ini bukan karena peluncuran fitur baru atau kampanye besar-besaran, tapi karena kebijakan yang mengharuskan semua penggunanya, baik yang lama maupun yang baru, untuk melakukan verifikasi ulang identitas atau Know Your Customer (KYC). Aturan ini muncul sebagai bentuk kepatuhan Binance terhadap regulasi anti pencucian uang (AML) yang semakin ketat di negara tersebut.
Langkah ini nggak datang tiba-tiba. Sejak Agustus 2024 lalu, Binance sudah terdaftar sebagai entitas pelapor di bawah lembaga intelijen keuangan India (FIU), sebagai upaya untuk tetap bisa beroperasi secara legal setelah sebelumnya sempat dapat teguran keras.
Sekarang, mereka makin serius. Semua pengguna yang tidak menyelesaikan proses KYC ulang ini bakal dibatasi aksesnya. Dan jangan salah, ini berlaku untuk semua, nggak peduli sudah berapa lama pakai platform-nya.
Kebijakan Negara Tak Menentu, Binance Tetap Melaju
Di sisi lain, ada ketegangan lain yang nggak kalah besar. Pada 16 April 2025, Mahkamah Agung India menolak permohonan agar pengadilan membentuk kerangka regulasi untuk kripto. Alasannya? Hakim menyatakan bahwa urusan begini adalah ranah pemerintah, bukan pengadilan.
Penolakan ini jelas bikin frustrasi banyak pihak di industri. Bayangkan aja: investor, pelaku industri, bahkan pengguna ritel harus bergerak dalam ruang abu-abu yang serba tidak pasti. Kejelasan hukum yang dinantikan bertahun-tahun justru makin kabur.
Namun demikian, Binance tetap jalan terus. Mereka mulai memperketat operasional di banyak wilayah, bukan cuma India. CNF sebelumnya melaporkan bahwa Binance juga telah menghentikan perdagangan spot USDT di Eropa demi patuh terhadap aturan MiCA yang mulai berlaku awal April 2025.
Spot trading-nya hilang, tapi pengguna masih bisa simpan dan tarik USDT, serta tetap bisa main di kontrak berjangka. Jadi, secara teknis nggak hilang total, tapi dibatasi.
Masalah Teknis dan Risiko Likuidasi Mengintai Pengguna
Belum lama ini, tepatnya 15 April, Binance juga sempat kena gangguan layanan akibat masalah konektivitas di pusat data Amazon Web Services (AWS) di Tokyo. Penarikan dana sempat dihentikan sekitar 23 menit demi alasan keamanan. KuCoin dan MEXC juga ikut kena imbasnya, tapi kabarnya semua dana pengguna tetap aman. Coba bayangkan kalau masalahnya lebih lama, bisa panik satu ekosistem.
Lebih lanjut lagi, ada satu pengumuman penting yang nggak boleh dilewatkan. Mulai 25 April nanti, Binance bakal memperbarui rasio jaminan untuk beberapa aset di Portofolio Margin mereka. Aset kayak ZEC, TWT, dan ZIL akan alami penurunan rasio. Artinya? Pengguna harus rajin cek margin mereka. Jangan sampai tiba-tiba kena likuidasi cuma karena nggak update.
Kebijakan KYC ulang di India ini, meskipun bikin repot, bisa dibilang jadi salah satu cara Binance membuktikan bahwa mereka memang mau main sesuai aturan.
Tapi dengan belum jelasnya regulasi dari pemerintah India sendiri, pertanyaannya sekarang: seberapa jauh langkah Binance bisa menjamin stabilitas layanannya di tengah ketidakpastian ini? Pengguna jelas butuh kepastian, bukan sekadar formulir KYC tambahan.