- Kebijakan dagang Trump dinilai bisa memicu gejolak ekonomi global dan krisis keuangan jangka pendek.
- Bitcoin berpotensi jadi aset pelindung saat ketidakpastian ekonomi akibat langkah-langkah politik meningkat.
Ketika Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk membentuk Cadangan Bitcoin Strategis awal Maret lalu, banyak yang mengernyitkan dahi. Tidak sedikit yang menganggap ini sebagai langkah politis semata. Namun, analis Bitwise, Jeff Park, justru melihat dari sudut berbeda.
Menurutnya, kebijakan dagang Trump yang agresif berpotensi memicu gejolak makroekonomi global dan krisis keuangan jangka pendek. Tapi di balik kekhawatiran itu, ia melihat peluang besar bagi Bitcoin.
This is the only thing you need to read about tariffs to understand Bitcoin for 2025. This is undoubtedly my highest conviction macro trade for the year: Plaza Accord 2.0 is coming.
Bookmark this and revisit as the financial war unravels sending Bitcoin violently higher. pic.twitter.com/WxMB36Yv8o
— Jeff Park (@dgt10011) February 2, 2025
Menurut Park, jika krisis benar-benar terjadi, banyak investor global kemungkinan besar akan mencari tempat berlindung. Dan tempat itu, dalam pandangannya, bukan lagi sekadar emas atau obligasi pemerintah. Mereka bisa saja mulai melirik Bitcoin sebagai penyimpan nilai yang lebih tahan terhadap inflasi.
Coba bayangkan kalau perusahaan-perusahaan besar dan dana pensiun mulai menyisihkan sebagian kecil aset mereka ke dalam Bitcoin—arus modalnya saja sudah bisa bikin geleng kepala.
Trump Guncang Pasar, Bitcoin Bisa Jadi Andalan
Trump bukan orang baru dalam urusan perang dagang. Pada masa kepemimpinannya sebelumnya, ia kerap menaikkan tarif impor dan menggoyang pasar global. Kini, kebijakan serupa kembali muncul, dan hasilnya tak jauh berbeda: pasar saham gonjang-ganjing, investor panik, dan dolar AS pun berada dalam tekanan.
Di sisi lain, langkah Trump untuk mendirikan Cadangan Bitcoin Strategis dan Persediaan Aset Digital AS dianggap sebagai sinyal bahwa ia makin serius mendekati dunia kripto. Cadangan tersebut akan didanai dari Bitcoin hasil penyitaan, baik dari proses pidana maupun perdata. Tujuannya? Memperkuat posisi AS di sektor aset digital, katanya.
Tapi ya, langkah seperti ini juga menimbulkan pertanyaan besar. Seperti yang telah kami laporkan, perwakilan California Maxine Waters, anggota peringkat Komite Jasa Keuangan DPR, secara terbuka menyuarakan keprihatinannya terhadap hubungan Trump yang makin dekat dengan sektor kripto.
Bukan cuma itu, ia juga mempertanyakan peran Trump dalam World Liberty Financial dan stablecoin USD1, yang menurutnya bisa jadi sarat muatan politis dan kepentingan pribadi.
Kekhawatiran Politik, Pasar Berbalik ke Bitcoin
Lebih lanjut lagi, Senator Elizabeth Warren dan Maxine Waters kini menekan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) untuk menyimpan catatan lengkap terkait aktivitas kripto yang melibatkan Trump dan World Liberty Financial. Mereka khawatir ada potensi konflik kepentingan yang bisa mengubah cara SEC bertindak.
Mengingat sikap lembaga ini terhadap kripto berubah drastis sejak masa jabatan Trump dimulai kembali, kekhawatiran tersebut tidak bisa dianggap angin lalu.
Sementara itu, pasar mulai menunjukkan dinamika menarik. Saat saham-saham di Wall Street babak belur gara-gara pengumuman tarif baru dari Trump, Bitcoin justru malah mencuri perhatian. Bukan melonjak tajam memang, tapi setidaknya tetap bertahan, bahkan naik tipis.
Di tengah ketidakpastian, aset seperti Bitcoin tampak lebih menarik dibandingkan menyimpan dolar yang nilainya terus tergerus.
Masa Depan yang Tak Terduga tapi Menjanjikan
Jika tren ini berlanjut, bukan tak mungkin Bitcoin akan mendapatkan peran baru sebagai aset pelindung nilai—sejenis “emas digital” versi zaman now. Park menekankan bahwa aliran dana global bisa saja berputar drastis ke aset non-kedaulatan seperti Bitcoin ketika mata uang tradisional melemah akibat inflasi.
Bagi banyak orang, terutama generasi muda yang sudah terbiasa dengan aplikasi keuangan digital, memilih Bitcoin bukan hal aneh lagi.