- Anak perusahaan SBI mempertimbangkan menjual saham minoritas di B2C2 senilai sekitar US$100 juta.
- Di tengah ekspansi stablecoin USDC, muncul wacana penjualan sebagian saham pembuat pasar kripto.
Siapa yang menyangka sebuah raksasa keuangan Jepang justru mempertimbangkan langkah tak terduga di tengah ekspansi besar-besaran ke industri kripto?
Berdasarkan laporan Bloomberg Law, anak perusahaan dari SBI Holdings Inc. dikabarkan sedang menimbang opsi untuk menjual sebagian saham minoritasnya di B2C2, perusahaan pembuat pasar aset digital yang dulu mereka akuisisi hampir penuh.
Nilai transaksi yang sedang dikaji ini tidak main-main—diperkirakan bisa mencapai US$100 juta. Langkah ini sontak membuat banyak pihak bertanya-tanya: kenapa sekarang, dan untuk apa?
SBI Holdings memang bukan pemain baru di dunia kripto. Pada akhir 2020, mereka membeli 90% saham B2C2, menjadikannya sebagai salah satu grup keuangan tradisional pertama di dunia yang benar-benar turun ke dunia perdagangan aset digital.
Namun, empat tahun berlalu dan keadaan berubah. Meski belum ada pernyataan resmi yang mengonfirmasi rencana penjualan ini, kabar tersebut tetap menjadi sorotan, apalagi di tengah berbagai pergerakan strategis lain yang dilakukan SBI dalam beberapa bulan terakhir.
USDC dan Langkah Strategis SBI di Jepang
Sementara di satu sisi mereka mempertimbangkan untuk melepas sebagian saham B2C2, di sisi lain SBI justru memperkuat komitmennya terhadap adopsi kripto di Jepang. CNF sebelumnya melaporkan bahwa pada Maret lalu, Circle—penerbit stablecoin USDC—mengumumkan kemitraan strategis dengan SBI Holdings.
Keduanya meluncurkan Circle Japan KK dan memperkenalkan stablecoin USDC secara resmi ke pasar Jepang melalui platform SBI VC Trade.
Bukan cuma itu. SBI VC Trade juga mencatat tonggak penting pada 4 Maret 2025, ketika mereka menyelesaikan proses pendaftaran sebagai “Penyedia Layanan Pertukaran Instrumen Pembayaran Elektronik.” Dengan izin ini, mereka jadi perusahaan pertama di Jepang yang secara legal bisa menangani transaksi menggunakan USDC.
Langkah ini jelas menunjukkan arah jangka panjang yang sedang dibangun SBI, meskipun rencana penjualan saham B2C2 di permukaan terlihat seolah mereka sedang mundur.
Lebih lanjut lagi, di Jepang sendiri ada perubahan besar yang sedang bergulir. Pada 30 Maret 2025, Financial Services Agency (FSA) mengumumkan rencana untuk merevisi undang-undang keuangan yang ada agar bisa memberikan status hukum pada aset kripto.
Salah satu bagian penting dari rencana ini adalah memasukkan kripto ke dalam aturan perdagangan orang dalam—artinya, transaksi berdasarkan informasi rahasia yang belum diungkap ke publik bisa dianggap pelanggaran hukum, seperti halnya pada saham. Target mereka cukup ambisius, yakni mengajukan rancangan undang-undang ini ke parlemen pada awal 2026.
Kebijakan pajak pun tidak luput dari sorotan. Pada bulan yang sama, pemerintah Jepang menyatakan sedang mempertimbangkan penghapusan pajak penjualan sebesar 8% untuk transaksi Bitcoin dan aset kripto lainnya. Ini tentunya bisa membuat perdagangan kripto di Jepang jadi lebih kompetitif, sekaligus menarik lebih banyak partisipasi dari investor ritel.
Langkah Penjualan yang Kontras dengan Ekspansi Kripto
Kembali ke soal rencana penjualan saham B2C2, ini memang bukan langkah biasa. Kalau diibaratkan, seperti seseorang yang baru saja merenovasi rumah besar dengan segala kemewahan, lalu tiba-tiba mempertimbangkan untuk menjual sebagian halamannya.
Rasanya membingungkan, apalagi ketika rumah tersebut baru saja dilengkapi kolam renang dan taman yang makin luas—yang dalam konteks SBI, bisa dilihat dari ekspansi Circle dan USDC bersama mereka.
Meski begitu, tidak semua pihak yakin bahwa rencana ini benar-benar akan terjadi. Seorang juru bicara SBI bahkan sempat membantah bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan penjualan saham B2C2.
Tapi seperti biasa, bantahan bukan berarti tidak ada api di balik asap. Bisa jadi ini hanya bagian dari kalkulasi ulang strategi yang lebih besar, atau sekadar langkah untuk menguji minat pasar sebelum benar-benar bergerak.