- Kapitalisasi pasar sektor agen AI turun 5,54% dalam 24 jam, mencapai US$4,53 miliar, memperkuat penurunan yang sedang berlangsung.
- Meskipun mengalami penurunan, perusahaan besar seperti RWAI dan OpenAI terus memajukan teknologi agen AI di seluruh Web3, otomatisasi, dan aplikasi militer.
Kapitalisasi pasar sektor agen AI telah menurun 5,54% dalam 24 jam terakhir, mencapai US$4,53 miliar, menurut Cookie.fun. Hal ini memvalidasi kecenderungan penurunan yang terus menerus di sektor yang dipandang sebagai arah teknologi masa depan.
Jadi, meskipun AI di sektor ini memiliki potensi yang besar, pengujian dan pengawasan tetap menjadi faktor kunci dalam implementasinya.

Pasar Agen AI Menghadapi Penurunan Tajam di Seluruh Ekosistem
Selain itu, yang juga terkena dampaknya adalah valuasi pasar dari beberapa ekosistem di sektor ini. Terkenal dengan basisnya yang kuat di pasar agen AI, Solana akhir-akhir ini telah kehilangan nilainya hingga kurang dari US2 miliar. Sementara itu, ekosistem Virtual telah jatuh lebih jauh lagi, dengan kapitalisasi pasarnya sekarang di bawah US1 miliar. Jika dibandingkan dengan puncaknya, sektor ini telah menyusut hampir 77,5%.
Gangguan ini dapat diibaratkan seperti toko online yang sebelumnya ramai dengan aktivitas, namun sekarang memiliki beberapa toko kosong akibat penurunan permintaan. Banyak inisiatif kecerdasan buatan yang sebelumnya dibanjiri dengan pendanaan sekarang merasa sulit untuk tetap relevan karena ketidakpastian pasar.
Pemain Utama Terus Melangkah Maju Meskipun Ada Tantangan di Sektor AI
Meskipun sektor agen kecerdasan buatan mengalami penurunan, beberapa perusahaan besar masih berusaha untuk memajukan teknologinya. Misalnya, CNF melaporkan bahwa RWAI menghadirkan agen kecerdasan buatan canggih untuk membantu memulai proyek Web3 dan tokenisasi aset dunia nyata (RWA).
Di ruang digital, teknologi ini menawarkan untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas pengambilan keputusan. RWAI bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang lebih otomatis dan mulus melalui mekanisme staking dan penyebaran yang lambat.
Namun, perusahaan seperti OpenAI juga tidak tinggal diam. Mulai dari belanja bahan makanan hingga penjadwalan janji temu, mereka menciptakan agen kecerdasan buatan yang mampu mengelola pekerjaan sehari-hari secara mandiri. Namun, teknologi ini masih dalam tahap percobaan. Kesalahan sistem masih sering terjadi, dan untuk tugas-tugas yang melibatkan informasi sensitif, pengawasan manusia masih diperlukan.
Adopsi Militer atas Agen AI Menimbulkan Kekhawatiran
Tidak hanya di dunia bisnis, tetapi juga di dunia militer, agen AI mulai digunakan. Salah satu contoh nyata adalah perjanjian Scale AI yang diperoleh dari Departemen Pertahanan AS. Perjanjian ini mencoba memasukkan agen kecerdasan buatan ke dalam pengambilan keputusan operasional.
Meskipun pengeluaran yang signifikan ini menunjukkan harapan untuk efisiensi yang mungkin terjadi, para ahli memperingatkan perlunya kontrol yang ketat. Tindakan militer yang bergantung pada kecerdasan buatan tanpa pengujian ekstensif dapat menjadi bumerang, terutama jika sistem tidak memiliki pengetahuan yang canggih di lapangan.
Bayangkan sebuah drone militer yang diatur untuk mengidentifikasi bahaya. Jika kecerdasan buatannya salah sasaran, hasilnya bisa menjadi bencana. Oleh karena itu, meskipun kecerdasan buatan dalam industri ini memiliki potensi yang signifikan, penerapannya sangat bergantung pada pengujian dan kontrol.
Risiko Privasi: Masalah yang Tidak Bisa Diabaikan
Masalah privasi data meningkat seiring dengan meningkatnya otonomi yang dimiliki oleh bot kecerdasan buatan. Presiden Signal Technology Foundation Meredith Whittaker menekankan risiko yang terkait dengan sistem kecerdasan buatan yang mampu berjalan sebagian besar tanpa keterlibatan manusia.
Dia mengatakan bahwa memberikan akses ke data sensitif kepada AI merupakan risiko besar, terutama jika data tersebut disimpan di server cloud.
Banyak orang yang merasa tidak nyaman di era digital saat ini ketika iklan yang mereka lihat di media sosial seakan-akan “menebak” apa yang mereka pikirkan. Bayangkan jika agen kecerdasan buatan memiliki akses yang lebih mudah ke data pribadi; kemudian, data tersebut akan diungkapkan atau dieksploitasi? Isu-isu ini tetap menjadi fokus utama di tengah pesatnya pertumbuhan kecerdasan buatan.